Tulisan ini membahas tentang moderasi Islam dalam kitab Sabilal Muhtadin sebagai salah satu manuskrip kearifan lokal tanah Banjar. Kitab ini ditulis oleh seorang ulama besar asal Kalimantan bernama syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, beliau banyak menulis kitab semasa hidupnya dan salah satunya adalah kitab Sabilal Muhtadin, dalam kitab ini beliau menulis tentang hukum ibadah, muamalah, dan kebiasaan masyarakat banjar. Kebiasaan masyarakat banjar yang terdapat di dalam kitab Sabilal Muhtadin dan terjadi pada masa beliau menulis kitab tersebut seperti mengubur mayat dengan Tabala, konsep jamban dalam buang hajat dan menyediakan makanan untuk pelayat. Kebiasaan orang banjar yang dilakukan tersebut sebagian dalam kitab fikih tulisan ulama di negara Arab hukumnya haram. Tetapi dalam kitab Sabilal Muhtadin membolehkan kebiasaan masyarakat banjar. Kebiasaan tersebut masih dipraktikkan oleh masyarakat banjar sampai zaman modern sekarang. Oleh karena itu penting untuk dikethaui secara komprehensif dan mendalam mengenai Moderat atau moderasi Islam yang terdapat dalam kitab Sabilal Muhtadin. Selanjutnya konsep moderasi dengan balutan kearifan lokal dalam kitab Sabilal Muhtadin ini akan dikaji dengan menggunakan metode penelitian studi pustaka dan bahan bacaan yang relevan dengan penelitian sebagai sumbernya. Hasil penelitian ini adalah bahwa syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari memberikan kejelasan hukum dengan mempertimbangkan keadaan masyarakat banjar saat itu. Kesimpulan dari penelitian adalah bahwa Syekh Muhammad Arsyad dalam kitab Sabilal Muhtadin memberikan jalan tengah (sebagai perantara) antara kebiasaan masyarakat dengan agama Islam untuk bisa hidup bersinergi dan harmoni.
Kitab Sabilal Muhtadin.pdfl
Download Zip: https://urlca.com/2vFfJo
Sabilal Muhtadin (bahasa Arab: سبيل المهتدين, translit. Sabīl al-Muhtadīn) atau Sabilal Muhtadin lit-Tafaqquh fi Amrid-din (bahasa Arab: سبيل المهتدين للتفقه في امر الدين, translit. Sabīl al-Muhtadīn lit-Tafaqquh fī 'Amrid-dīn, har. 'Jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan agama'), adalah salah satu kitab yang sangat masyhur karangan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari.
Kitab yang ditulis pada tahun 1779 M (1193 H) pada zaman pemerintahan Sultan Tamjidullah ini merupakan kitab yang menerangkan ilmu fikih dalam Madzhab Syafi'i. dan seluruh uraiannya diambil dari berbagai kitab yang dikarang oleh ulama madzhab Syafi'i, seperti: Syarah Minhaj Diarsipkan 2016-02-03 di Wayback Machine. oleh Syaikhul Islam Zakaria al-Anshari, Al-Mugni Diarsipkan 2016-02-03 di Wayback Machine. oleh Syekh Khatib As-Syarbaini, At-Tuhfah oleh Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami, An-Nihayah Diarsipkan 2016-02-03 di Wayback Machine. oleh Syekh Ar-Ramli dan beberapa buah matan, syarah dan komentar lainnya.[1][2]
Nah, bahasa Melayu merupakan media yang digunakan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary dalam kitabnya yang terkenal seantero dunia Islam, khususnya di jazirah Melayu, berjudul Sabilal Muhtadin. Ulama Nusantara abad ke-18 asal Kesultanan Banjar ini juga dikenal bagian dari empat serangkai, Syekh Abdus Shomad al-Falimbani (Palembang), Syekh Abdul Wahhab al-Maqassari (Bugis), dan Syekh Abdurrahman al-Mishri al-Batawi (Jakarta).
Akademisi FISIP Universitas Lambung Mangkurat, Dr Taufik Arbain mengakui bahasa Melayu yang ditulis dalam aksara Arab-Jawi lewat kitab masyhur seperti Perukunan Jamaluddin dan Sabilal Muhtadin, menjadi bukti kejayaan ulama yang ada di wilayah Kesultanan Banjar.
Uraian mengenai dua kalimah syahadat ditinggalkan karena akan dibicarakan pada kitab tersendiri. Dalam uraian mengenai Kitāb-ush-Shalāt dimulai dengan uraian mengenai thahārah, karena mengingat hadits yang berbunyi: 2ff7e9595c
Comentários